Shoes For Flores: Photo & Story: SHOES FOR FLORES, Season 6 - SDI Feoria & SDK Wolomuku Secondary Schools

Musim hujan, dan bayangan tanah longsor serta kerusakan jalan yang lazim antara Maumere – Ende tidak menghalangi semangat volunteers ‘Shoes For Flores’ (SFF) untuk menempuh perjalanan jauh, dari Maumere ke Detukeli. Padahal beberapa hari berturut, hujan mengguyur. Perjalanan yang ditempuh selama 7 jam itu justruh diberkahi langit cerah. Kami memahami cuaca yang baik itu sebagai restu alam, bahkan selama berada di Detukeli, hujan seakan telah diatur, kapan turun - kapan harus cerah.

Kedatangan volunteers SFF disambut ceria oleh anak-anak. Hari Pertama, mereka berhimpun dari jam 5 petang hingga malam hari, meskipun listrik bermasalah dan rencana pemutaran film batal karena kemampuan generator yang tak cukup, toh anak-anak antusias bertahan.. Situasi yang hangat bersahabat itu mendorong kami untuk mengubah beberapa jadwal, seperti Kelas Inspirasi & Motivasi, yang direncanakan pagi hari esok, dimajukan. Kali ini Kak Ambo Kerans menginspirasi anak-anak tentang “kuliah yang dibayar oleh pemerintah” seturut pengalamannya bersekolah di STPDN. Ada pula Kak Tari Tanjung, memotivasi anak-anak tentang pentingnya berwirausaha dan menjadi pengusaha-sesuai pengalamannya (dipicu keprihatinan lantaran terlalu banyak orang Flores yang sekolah tinggi-tinggi tapi orientasi pikirannya terarah untuk menjadi PNS melulu). Menyusul Kak Dea yang membagi kisah perjalanannya sebagai solo traveler yang berkelana keliling NTT dan aktifitasnya sebagai penulis.

Oya, misi utama SFF memang sejatinya untuk memotivasi dan menginspirasi semangat belajar serta bercita-cita anak-anak, khususnya anak-anak di pedalaman Flores. Barang-barang bantuan seperti sepatu, tas, alat tulis, seragam, dan lainnnya itu sesungguhnya adalah media agar misi ini terserap. Sebagaimana saya dan hampir semua volunteers SFF yang juga berasal dari daerah kecil, kami percaya bahwa kekurangan fasilitas janganlah dijadikan halangan untuk semangat bersekolah dan memiliki cita-cita besar. Kami ingin menggarisbawahi misi ini.

Pagi hari keesokannya, ibadah Minggu di kapela kecil Wolomuku dipadati warga. Usai ibadah, tiap volunteers memperkenalkan diri secara singkat. Warga pun antusias dan bertahan di lokasi. Kegiatan SFF dilaksanakan di SDK Wolomuku. Ini adalah sekolah kedua yang kami survey. Rekomendasi semula adalah SDI Feoria, yang lebih sederhana. Agar efek kegiatan SFF lebih luas, kami menggabungkan anak-anak dari dua sekolah ini sekaligus. Secara fisik memang SDI Feoria lebih simple dari SDK Wolomuku, namun kesamaan latar belakang kemampuan ekonomi dan keadaaan fisik anak-anak hampir sama. Sebelumnya kami melakukan survey langsung di 3 sekolah, dengan keputusan final 2 sekolah. Survey langsung sangat krusial, sebab ini yang akan menjadi patokan kegiatan SFF, apa yang hendak dilakukan, kenapa mereka perluh dibantu, dll.

Karena donatur kegiatan SFF kebanyakan adalah individu dan merupakan kenalan volunteers, sangat penting bagi kami untuk memastikan bantuan yang kami beri “Tepat Sasaran & Bermanfaat”. Kepercayaan donatur itu penting. Kami tak mau sekedar bawa barang dan datang untuk bagi-bagi, lalu pulang. Sebagai sukarelawan, kami telah menghabiskan waktu untuk diskusi, tenaga untuk mengatur dan mempersiapakan kegiatan, dan sumbangan pribadi untuk menutupi kekurangan ini itu, maka kami pun ingin bahwa apa yang kami bawa berguna, punya impact, tidak sia-sia.

Kami tidak hanya berTERIMA KASIH kepada para penyumbang dan pendukung SFF. Kami juga mau berTERIMA KASIH kepada pihak-pihak yang telah ‘menguatkan’ kami melalui doa, kritikan, melalui suara sumbang di depan-belakang J Semoga SFF tetap tumbuh, dan semangat berbagi semakin berkembang. Semoga komunitas-komunitas orang muda di berbagai kabupaten di Flores kian banyak dan punya impact terhadap kampung halaman tercinta.

Photo & Story: SHOES FOR FLORES, Season 6 - SDI Feoria & SDK Wolomuku Secondary Schools - Detukeli, Ende Regency